![]() |
Add caption |
Menurut
Hamka (1963:87-88, dalam Hasjmy, 1990:3), agama Islam masuk ke Indonesia secara
berangsur- angsur dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam
datang ke Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam.
Saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang
berasal dari Persia dan Gujarat.
Muhammad
Said membuat kesimpulan (1963:226-227, dalam Hasjmy, 1990:4), sumber-sumber
sejarah Arab mengatakan bahwa di Sumatra sejak abadsembilan. Pada abad tersebut
di berbagai bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam. Sebaliknya,
menurut sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama Hijriyah yakni sekitar abadtujuh sampai dengan abad kedelapan.
Haji
Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan (1963:127, dalam Hasjmy, 1990:4), Islam masuk
ke Indonesia pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India
dan Gujarat, akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di
Aceh adalah Syiah dan Syafi’i.
Muljana
(2008:130), menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua
belas. Hal ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan
kerajaan Islam yang bernama Perlak di daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu
diberi nama Peureulak karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko,
Persi, Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah
menetap di sana.
Selain
pendapat-pendapat para sejarawan diatas ada juga beberapa teori lain yang
menyebutkan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut
diantaranya adalah teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia. Ketiga teori
tersebut tidak membicarakan masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya
menganalisis dari Sumatra dan Jawa sebab dua wilayah itu yang merupakan sampel
wilayah Nusantara lainnya. Dalam teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke
Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke
Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya
batu nisan pertama Sultan kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh yang wafat
1297. Teori Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan dari koreksi dan
kritik Hamka. Teori yang ketiga adalah teori Persia, teori ini lebih
memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Islam Indonesia yang
dirasakan memiliki persamaan dengan Persia. Dalam teori Persia dijelaskan bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dengan dibawa oleh
saudagar dari Gujarat. Jika kita melihat, teori Gujarat dan Persia itu
mempunyai kesamaan. Perbedaan dalam kedua teori ini terletak pada ajarannya.
Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan
mistik India. Namun, dalam teori Persia memandang bahwa adanya kesamaan ajaran
sufi Indonesia dengan ajaran sufi Persia (Suryanegara, 1996:74-93).
Dari
semua pendapat-pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa menurut pendapat
yang paling kuat Islam masuk ke Indonesia pada awal abad pertama Hijriyah yakni
abad tujuh Masehi. Sebaliknya, ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas danmasuknya ke
Indonesia pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar dari Arab.
B. Kerajaan- Kerajaan Islam di
Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia ada banyak, antara lain:
1. Kerajaan Islam di Peureulak
Menurut
catatan sejarah bahwa pada tahun 173 Hijriyah (800 Masehi) telah berlabuh
sebuah kapal milik para saudagar Islam yang dipimpin oleh nahkoda khalifah[1] di kerajaan Peureulak. Para saudagar[2] tersebut datang dari Teluk Kambey (Gujarat). Para
saudagar tersebut datang ke Peureulak bukan hanya berniat untuk berdagang saja,
akan tetapi juga untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Kerajaan
Peureulak semula bukan kerajaan Islam, tetapi setelah Islam datang dan tersebar
di Peureulak maka berdirilah kerajaan Islam di Peureulak. kerajaan Islam
Peureulak berdiri pada hari selasa, satu Muharram 225 Hijriyah (840
Masehi). Sultan pertama kerajaan ini adalah Saiyid Maulana Abdul Aziz dengan
gelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Ibukota kerajaan ini
adalah Bandar Peurelak, akan tetapi kemudian diubah namanya menjadi Bandar
Khalifah.
2. Kerajaan Islam Samudra
Pasai
Pada
tahun 433 Hijriyah (1042 Masehi) datang seorang keluarga Sultan Mahmud
Peureulak di Tanon Data. Beliau datang kesana dengan tujuan untuk menyebarakan
Islam dan membangun kerajaan Islam Samudra Pasai. Sultan pertama
kerajaan tersebut adalah Mahmud Syah dengan gelar Maharaja Mahmud Syah, beliau
juga sering disebut dengan Meurah Giri. Menurut catatan sejarah kerajaan Islam
Samudra Pasai memiliki tamaddun dan kebudayaan yang tinggi, antara lain: Telah
mempunyai pemerintahan dan lembaga- lembaga Negara yang teratur, perekonomian
dan keuangan yang stabil, perdagangan yang maju, lembaga- lembaga ilmu
pengetahuan yang berkembang, angkatan perang dan hubungan luar negri yang
teratur, mata uang sendiri.
Ibnu
Batutah sendiri telah menulis tentang kemajuan dan teraturnya kerajaan Samudra
Pasai. Beliau menulis dalam bukunya bahwa kerajaan tersebut memiliki raja-raja
yang alim, bijaksana, berani dan cinta kepad ulama, sedankan menteri-menterinya
arif dan budiman, ulama-ulamanya shalih dan jujur.
3. Kerajaan Darussalam
Di
daerah Aceh besar terdapat kerajaan yang bernama Indra Purba. Kerajaan ini
berdiri sekitar 2000 tahun sebelum nabi Isa, selama ribuan tahun kerajaan
tersebut selalu mengalami pasang surut. Pada tahun sekitar 450 sampai
dengan 460 Hijriyah (1059 sampai dengan 1069 Masehi),
tentara cina menyerang kerajaan Indra Purba yang pada masa tersebut di perintah
oleh Maharaja Indra Sakti. Pada waktu perang berlangsung tibalah di kerajaan
Indra Purba dua pasukan yang dikirim oleh kerajaan Islam Peureulak. Dengan
demikian, bertambah kuatlah kekuatan kerajaan Indra Purba sehingga kerajaan
Indra Purba mengalami kemenangan. Untuk membalas jasa maka Maharaja Indra
Sakti mengawinkan putrinya dengan Meurah Johan, salah seorang putra mahkota
dari kerajaan Lingga.
Pada
hari Jumat, Ramadlan 601 Hijriyah (1025 Masehi) diubahlah nama kerajaan
Indra Purba dengan nama kerajaan Darussalam dengan ibukotanya Bandar
Darussalam. Sultan Pertama di kerajaan ini adalah Meurah Johan dengan gelar
Sultan Alaiddin Johan Syah. Setelah membuat ibukota baru yaitu Bandar
Darussalam, beliau juga membuat kota peristirahatan yang nantinya di kota
itulah beliau dimakamkan.
Selain
kerajaan-kerajaan tersebut masih banyak kerajaan Islam lain yang lahir setelah
kerajaan Hindu-Budha runtuh, diantaranya adalah kerajaan Demak di Jawa,
kerajaan Lingga di Aceh Tengah, kerajaan Islam Jaya, dan lain-lain.
C. Perkembangan Islam di
Indonesia
Menurut
Wahab (2004:6) mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan proses damai.
Islam berkembang di Indonesia melalui beberapa jalan, diantaranya: Jalur
perdagangan, lembaga pendidikan, dan pondok pesantren.
1. Jalur Perdagangan
Suryanegara
(1978:1, dalam Wahab, 2004:6) menjelaskan bahwa kedatangan Islam di Indonesia
dikembangkan melalui jalur perdagangan dan daerah yang pertama di datangi oleh Islam
adalah Sumatra dan Jawa. Hal ini didasarkan adanya perdagangan Arab dan dunia
timur yang berlangsung sejak abad kedua sebelum Masehi. Selain itu, adanya
berita dari Cina bahwa di Sumatra Barat terdapat seorang pembesar Arab yang
menjadi kepala Arab Islam pada tahun 674 Masehi.
2. Jalan Pendidikan
Wahab
(2004:8) menyebutkan bahwa agama Islam selain dikembangkan melalui
jalan perdagangan juga melalui jalan pendidikan. Ini dibuktikan dengan
adanya lembaga pendidikan, lembaga tersebut sekarang masih ada, seperti: pondok
pesantren, masjid, surau, dan sebagainya. Adanya pondok pesantren membuat agama
Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat, budaya, dan kehidupan beragama.
Menurut
Anshari (1976:176, dalam Wahab, 2004:7), “Kedatangan Islam ke Indonesia ini
membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa
Indonesia”.
3. Pondok Pesantren
Menurut
Wahab (2004:9), kehidupan pondok pesantren zaman sekarang dengan pondok
pesantren zaman dahulu telah mengalami perubahan dalam sistem
pendidikannya atau keadaan lainnya. Dalam pendidikan zaman dahulu para santri
diwajibkan tinggal di asrama pondok[3], hal inilah yang menyebabkan adanya jalinan kasih sayang
yang kuat diantara para murid dan pendidik.
Dari
sini kita dapat menyimpulkan bahwa Islam dibawa dan disebarkan bukan dengan
kekerasan, melainkan dengan perdamaian dan hal itu pulalah yang membawa Islam
mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Menurut
para pakar sejarah (Wahab, 2004:10), hal-hal yang terkait dengan perkembangan
masuknya Islam di Indonesia adalah permulaan abad pertama Masehi yang para
pedagang asing seperti Tiongkok, India, dan Arab mulai
berlayar melalui pelayaran Indonesia. Kemudian setelah Islam lahir dan
berkembang di Arab, akhirnya masuk juga di negara Indonesia pada abad ketujuh Masehi.
Islam masuk ke Indonesia pertama di daerah Sumatra dibawa oleh pedagang Persi,
India, dan juga utusan dari bangsa Arab.
Para
ahli yang mengatakan Islam masuk di Sumatra pada abad ketujuh Masehi antara
lain: Sayid Alwi bin Tahir Alhaddad Mufsi, H. M. Zaenudin (beliau mengatakan
bahwa pada abad ketujuh saat Rasulullah masih hidup dan singgah pertama di
Sumatra Utara yaitu Kampung Lamuri), dan H. Zaenal Arifin Abbas, (beliau
menerangkan bahwa pada tahun 684 Masehi ada seorang pemimpin Arab Islam yang
berangkat ke Tiongkok dan beliau sudah punya pengikut di Sumatra Utara).
Menurut
para ahli masuknya Islam di Sumatra adalah pada abad ketujuhMasehi.
Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan yang ditemukan,
seperti di daerah Minangkabau Timur yang terdapat beberapa
batu nisan yang diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi. Selain itu,
di daerah Barus dan Riau terdapat kuburan besar dari ulama penyiar Islam yang
mempunyai tanda batu-batu besar yang bergambar bulan bintang. Di daerah Riau
juga ada nama-nama daerah yang bersifat ke Arab-araban, seperti:
kota Kutib, Iskandariyah, Kuffah, dan sebagainya. Sedangkan, di daerah Barus
Tapanuli ditemukan batu yang bertuliskan huruf Arab, yang isinya adalah
pencarian empat murid terhadap gurunya yang mengajar Islam di Barus. Batu itu
diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi.
Islam
tidak hanya berkembang di Sumatra, akan tetapi juga di Jawa. Perkembangan
Islam di Jawa disebarkan oleh para wali Sembilan (wali songo[4]) yang hidup pada masa kesultanan Demak yang terjadi
antara tahun 1500 sampai dengan 1550. Para wali tersebut dalam
pemerintahan bertugas sebagai penasihat raja. Wali-wali tersebut antara lain:
Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim, Raden
Rahmat (Sunan Ampel), Sunan Giri (Maulan Ainul Yakin). Selanjutnya, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Tengah adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan
Bonang, Sunan Muria, Sunan Muria, Syaikh Siti Jenar. Selain itu, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati (Fatahillah).
Muhammad
Said membuat kesimpulan (1963:226-227, dalam Hasjmy, 1990:4), sumber-sumber
sejarah Arab mengatakan bahwa di Sumatra sejak abadsembilan. Pada abad tersebut
di berbagai bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam. Sebaliknya,
menurut sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama Hijriyah yakni sekitar abadtujuh sampai dengan abad kedelapan.
Haji
Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan (1963:127, dalam Hasjmy, 1990:4), Islam masuk
ke Indonesia pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India
dan Gujarat, akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di
Aceh adalah Syiah dan Syafi’i.
Muljana
(2008:130), menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua
belas. Hal ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan
kerajaan Islam yang bernama Perlak di daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu
diberi nama Peureulak karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko,
Persi, Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah
menetap di sana.
Selain
pendapat-pendapat para sejarawan diatas ada juga beberapa teori lain yang
menyebutkan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut
diantaranya adalah teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia. Ketiga teori
tersebut tidak membicarakan masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya
menganalisis dari Sumatra dan Jawa sebab dua wilayah itu yang merupakan sampel
wilayah Nusantara lainnya. Dalam teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke
Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke
Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya
batu nisan pertama Sultan kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh yang wafat
1297. Teori Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan dari koreksi dan
kritik Hamka. Teori yang ketiga adalah teori Persia, teori ini lebih
memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Islam Indonesia yang
dirasakan memiliki persamaan dengan Persia. Dalam teori Persia dijelaskan bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dengan dibawa oleh
saudagar dari Gujarat. Jika kita melihat, teori Gujarat dan Persia itu
mempunyai kesamaan. Perbedaan dalam kedua teori ini terletak pada ajarannya.
Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan
mistik India. Namun, dalam teori Persia memandang bahwa adanya kesamaan ajaran
sufi Indonesia dengan ajaran sufi Persia (Suryanegara, 1996:74-93).
Dari
semua pendapat-pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa menurut pendapat
yang paling kuat Islam masuk ke Indonesia pada awal abad pertama Hijriyah yakni
abad tujuh Masehi. Sebaliknya, ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas danmasuknya ke
Indonesia pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar dari Arab.
B. Kerajaan- Kerajaan Islam di
Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia ada banyak, antara lain:
1. Kerajaan Islam di Peureulak
Menurut
catatan sejarah bahwa pada tahun 173 Hijriyah (800 Masehi) telah berlabuh
sebuah kapal milik para saudagar Islam yang dipimpin oleh nahkoda khalifah[1] di kerajaan Peureulak. Para saudagar[2] tersebut datang dari Teluk Kambey (Gujarat). Para
saudagar tersebut datang ke Peureulak bukan hanya berniat untuk berdagang saja,
akan tetapi juga untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Kerajaan
Peureulak semula bukan kerajaan Islam, tetapi setelah Islam datang dan tersebar
di Peureulak maka berdirilah kerajaan Islam di Peureulak. kerajaan Islam
Peureulak berdiri pada hari selasa, satu Muharram 225 Hijriyah (840
Masehi). Sultan pertama kerajaan ini adalah Saiyid Maulana Abdul Aziz dengan
gelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Ibukota kerajaan ini
adalah Bandar Peurelak, akan tetapi kemudian diubah namanya menjadi Bandar
Khalifah.
2. Kerajaan Islam Samudra
Pasai
Pada
tahun 433 Hijriyah (1042 Masehi) datang seorang keluarga Sultan Mahmud
Peureulak di Tanon Data. Beliau datang kesana dengan tujuan untuk menyebarakan
Islam dan membangun kerajaan Islam Samudra Pasai. Sultan pertama
kerajaan tersebut adalah Mahmud Syah dengan gelar Maharaja Mahmud Syah, beliau
juga sering disebut dengan Meurah Giri. Menurut catatan sejarah kerajaan Islam
Samudra Pasai memiliki tamaddun dan kebudayaan yang tinggi, antara lain: Telah
mempunyai pemerintahan dan lembaga- lembaga Negara yang teratur, perekonomian
dan keuangan yang stabil, perdagangan yang maju, lembaga- lembaga ilmu
pengetahuan yang berkembang, angkatan perang dan hubungan luar negri yang
teratur, mata uang sendiri.
Ibnu
Batutah sendiri telah menulis tentang kemajuan dan teraturnya kerajaan Samudra
Pasai. Beliau menulis dalam bukunya bahwa kerajaan tersebut memiliki raja-raja
yang alim, bijaksana, berani dan cinta kepad ulama, sedankan menteri-menterinya
arif dan budiman, ulama-ulamanya shalih dan jujur.
3. Kerajaan Darussalam
Di
daerah Aceh besar terdapat kerajaan yang bernama Indra Purba. Kerajaan ini
berdiri sekitar 2000 tahun sebelum nabi Isa, selama ribuan tahun kerajaan
tersebut selalu mengalami pasang surut. Pada tahun sekitar 450 sampai
dengan 460 Hijriyah (1059 sampai dengan 1069 Masehi),
tentara cina menyerang kerajaan Indra Purba yang pada masa tersebut di perintah
oleh Maharaja Indra Sakti. Pada waktu perang berlangsung tibalah di kerajaan
Indra Purba dua pasukan yang dikirim oleh kerajaan Islam Peureulak. Dengan
demikian, bertambah kuatlah kekuatan kerajaan Indra Purba sehingga kerajaan
Indra Purba mengalami kemenangan. Untuk membalas jasa maka Maharaja Indra
Sakti mengawinkan putrinya dengan Meurah Johan, salah seorang putra mahkota
dari kerajaan Lingga.
Pada
hari Jumat, Ramadlan 601 Hijriyah (1025 Masehi) diubahlah nama kerajaan
Indra Purba dengan nama kerajaan Darussalam dengan ibukotanya Bandar
Darussalam. Sultan Pertama di kerajaan ini adalah Meurah Johan dengan gelar
Sultan Alaiddin Johan Syah. Setelah membuat ibukota baru yaitu Bandar
Darussalam, beliau juga membuat kota peristirahatan yang nantinya di kota
itulah beliau dimakamkan.
Selain
kerajaan-kerajaan tersebut masih banyak kerajaan Islam lain yang lahir setelah
kerajaan Hindu-Budha runtuh, diantaranya adalah kerajaan Demak di Jawa,
kerajaan Lingga di Aceh Tengah, kerajaan Islam Jaya, dan lain-lain.
C. Perkembangan Islam di
Indonesia
Menurut
Wahab (2004:6) mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan proses damai.
Islam berkembang di Indonesia melalui beberapa jalan, diantaranya: Jalur
perdagangan, lembaga pendidikan, dan pondok pesantren.
1. Jalur Perdagangan
Suryanegara
(1978:1, dalam Wahab, 2004:6) menjelaskan bahwa kedatangan Islam di Indonesia
dikembangkan melalui jalur perdagangan dan daerah yang pertama di datangi oleh Islam
adalah Sumatra dan Jawa. Hal ini didasarkan adanya perdagangan Arab dan dunia
timur yang berlangsung sejak abad kedua sebelum Masehi. Selain itu, adanya
berita dari Cina bahwa di Sumatra Barat terdapat seorang pembesar Arab yang
menjadi kepala Arab Islam pada tahun 674 Masehi.
2. Jalan Pendidikan
Wahab
(2004:8) menyebutkan bahwa agama Islam selain dikembangkan melalui
jalan perdagangan juga melalui jalan pendidikan. Ini dibuktikan dengan
adanya lembaga pendidikan, lembaga tersebut sekarang masih ada, seperti: pondok
pesantren, masjid, surau, dan sebagainya. Adanya pondok pesantren membuat agama
Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat, budaya, dan kehidupan beragama.
Menurut
Anshari (1976:176, dalam Wahab, 2004:7), “Kedatangan Islam ke Indonesia ini
membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa
Indonesia”.
3. Pondok Pesantren
Menurut
Wahab (2004:9), kehidupan pondok pesantren zaman sekarang dengan pondok
pesantren zaman dahulu telah mengalami perubahan dalam sistem
pendidikannya atau keadaan lainnya. Dalam pendidikan zaman dahulu para santri
diwajibkan tinggal di asrama pondok[3], hal inilah yang menyebabkan adanya jalinan kasih sayang
yang kuat diantara para murid dan pendidik.
Dari
sini kita dapat menyimpulkan bahwa Islam dibawa dan disebarkan bukan dengan
kekerasan, melainkan dengan perdamaian dan hal itu pulalah yang membawa Islam
mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Menurut
para pakar sejarah (Wahab, 2004:10), hal-hal yang terkait dengan perkembangan
masuknya Islam di Indonesia adalah permulaan abad pertama Masehi yang para
pedagang asing seperti Tiongkok, India, dan Arab mulai
berlayar melalui pelayaran Indonesia. Kemudian setelah Islam lahir dan
berkembang di Arab, akhirnya masuk juga di negara Indonesia pada abad ketujuh Masehi.
Islam masuk ke Indonesia pertama di daerah Sumatra dibawa oleh pedagang Persi,
India, dan juga utusan dari bangsa Arab.
Para
ahli yang mengatakan Islam masuk di Sumatra pada abad ketujuh Masehi antara
lain: Sayid Alwi bin Tahir Alhaddad Mufsi, H. M. Zaenudin (beliau mengatakan
bahwa pada abad ketujuh saat Rasulullah masih hidup dan singgah pertama di
Sumatra Utara yaitu Kampung Lamuri), dan H. Zaenal Arifin Abbas, (beliau
menerangkan bahwa pada tahun 684 Masehi ada seorang pemimpin Arab Islam yang
berangkat ke Tiongkok dan beliau sudah punya pengikut di Sumatra Utara).
Menurut
para ahli masuknya Islam di Sumatra adalah pada abad ketujuhMasehi.
Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan yang ditemukan,
seperti di daerah Minangkabau Timur yang terdapat beberapa
batu nisan yang diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi. Selain itu,
di daerah Barus dan Riau terdapat kuburan besar dari ulama penyiar Islam yang
mempunyai tanda batu-batu besar yang bergambar bulan bintang. Di daerah Riau
juga ada nama-nama daerah yang bersifat ke Arab-araban, seperti:
kota Kutib, Iskandariyah, Kuffah, dan sebagainya. Sedangkan, di daerah Barus
Tapanuli ditemukan batu yang bertuliskan huruf Arab, yang isinya adalah
pencarian empat murid terhadap gurunya yang mengajar Islam di Barus. Batu itu
diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi.
Islam
tidak hanya berkembang di Sumatra, akan tetapi juga di Jawa. Perkembangan
Islam di Jawa disebarkan oleh para wali Sembilan (wali songo[4]) yang hidup pada masa kesultanan Demak yang terjadi
antara tahun 1500 sampai dengan 1550. Para wali tersebut dalam
pemerintahan bertugas sebagai penasihat raja. Wali-wali tersebut antara lain:
Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim, Raden
Rahmat (Sunan Ampel), Sunan Giri (Maulan Ainul Yakin). Selanjutnya, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Tengah adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan
Bonang, Sunan Muria, Sunan Muria, Syaikh Siti Jenar. Selain itu, Wali yang
mengembangkan Islam di Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati (Fatahillah).
0 komentar:
Posting Komentar